Bagian‑bagian dari Bumi
Sejak
Desember 1968, ketika manusia pertama kali menginjakkan kakinya di
bulan, manusia dapat melihat planet bumi dari kejauhan di ruang angkasa.
Dari tempat tersebut bumi terlihat sebagai benda angkasa yang kecil
berbentuk elips yang muncul seperti benda yang mudah rapuh dalam
kekelaman ruang angkasa yang sangat luas tanpa batas. Kenampakan yang
tidak hanya spektakular, menarik dan sangat sederhana ini memperlihatkan
kepada kita bahwa alangkah kecilnya planet bumi di alam semesta ini,
apalagi kita yang hidup pada permukaan bumi.
Jika
dilihat lebih dekat, yang terlihat pada bumi bukanlah daratannya,
tetapi awan yang berputar yang tersuspensi di permukaannya dan lautan
yang sangat luas. Dari hal tersebut dapatlah diketahui mengapa, secara
tradisional lingkungan fisik bumi dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu lapisan udara yang disebut atmosfer, lapisan air yang disebut hidrosfer dan tentunya bumi itu
sendiri yang padat. Bumi merupakan sebuah planet yang sangat dinamis
yang tidak hanya disusun oleh batuan, air dan udara saja, melainkan
dicirikan oleh interaksi yang terus menerus pada saat udara melakukan
kontak dengan batuan, batuan dengan air dan air dengan udara.
Atmosfer yang
merupakan selimut yang memberi kehidupan bagi bumi, sebagai udara yang
mempunyai ketebalan sampai ratusan kilometer, adalah bagian integral
dari planet. Lapisan ini tidak hanya menghasilkan udara yang kita
butuhkan untuk bernafas, tetapi juga melindungi kita dari cahaya, panas
dari matahari dan dari radiasinya yang sangat berbahaya. Perubahan
energi yang muncul terus menerus antara atmosfer dengan permukaan bumi
dan antara atmosfer dengan ruang angkasa menghasilkan efek yang disebut
dengan cuaca dan iklim.
Hidrosfer atau sfera air dan sering
juga disebut selubung air merupakan air yang menyelubungi bumi, baik
air yang ada di permukaan bumi, di dalam bumi maupun yang berbentuk uap
air yang berada dalam lapisan atmosfer. Massa air tersebut terus menerus
bergerak dari permukaan bumi ke udara, ke dalam tanah dan kembali lagi
ke permukaan bumi. Lautan global merupakan kenampakan penting yang nyata
dari hidrosfer, menyelubungi atau menutupi sekitar 71 % permukaan bumi
dan merupakan sekitar 97 % dari jumlah air yang ada di bumi. Hidrosfer
juga termasuk air tawar yang terdapat di Sungai danau, gletser dan juga
yang terdapat di dalam tanah dan batuan. Walaupun jumlah air yang
terdapat pada tempat‑tempat yang disebutkan terakhir merupakan bagian
air yang sangat kecil dari lapisan hidrosfer, tetapi memberikan
kontribusi yang cukup berarti pada proses pembentukan bentang alam yang
sangat bervariasi dari planet bumi.
Di
bawah lapisan atmosfer dan hidrosfer, ada bagian bumi yang padat, yang
nampak lebih daripada sebuah badan homogen. Bagian dalam dari bumi
tersebut, terdiri dari lapisan‑lapisan yang disusun oleh material dengan
sifat yang berbeda-bada. Pada dasarnya bagian dalam dari bumi terdiri
dari empat bagian, yaitu :
-
Inti dalam (inner core), merupakan bagian yang kaya akan Fe dengan jari-jari sekitar 1216 km.
-
Inti luar (outer core), merupakan bagian yang disusun oleh campuran logam dengan ketebalan mencapai sekitar 2270 km.
-
Mantel bumi atau selubung bumi merupakan bagian yang terdapat di sekeliling inti bumi, disusun oleh material yang kental dan padat, ketebalan mencapai sekitar 2885 ton.
-
Kerak bumi atau kulit bumi (earth crust), merupakan bagian terluar dari bumi, disusun oleh material yang padat dan relatif ringan, ketebalan berkisar antara 5 – 40 km.
Bagian yang sangat penting terdapat dalam mantel bumi dan memerlukan perhatian khusus adalah astenosfer. Lapisan ini merupakan mantel bumi bagian terluar. Zona ini terletak pada kedalaman antara 100 ‑ 700 km.
Astenosfer merupakan zona yang lemah, panas dan dapat bergerak terus
menerus. Bagian di atas astenosfer disebut disebut litosfer (lapisan
padat yang terdiri dari batuan), yang disusun oleh kerak bumi dan mantel
bumi, bagian terluar (gambar 1.2). Tidak seperti astenosfer, litosfer merupakan bagian yang padat dan dingin.
Sistem Tata Surya
Teori Asal Usul Tata Surya
Bumi kita terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun
yang lalu bersamaan dengan terbentuknya satu sistem tata surya yang
dinamakan keluarga matahari . Banyak hipotesis tentang asal-usul tata
surya telah ditemukan para ahli , diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Hipotesis nebula (teori Kabut )
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775, kemudian
disempurnakan oleh Simon de Laplace pada tahun 1796, hipotesis ini lebih dikenal hipotesis nebula
Kant-Laplace. Hipotesis nebula ini terdiri dari beberapa tahap.
- Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
- Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi tersebut tumbuh makin besar
dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam
satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari
Gambaran proses hipotesis
nebula yang merupakan salah satu teori yang di yakini para ahli fisika
dapat menjelaskan asal usul tata surya
B. Hipotesis Planetisimal dan Pasang Surut Bintang
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukaan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forrest R Moulton pada tahun 1900. Hipotesis ini menyatakan bahwa pada mulanya tata surya berupa matahari saja. Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
Pada tahun 1917 James Jean dan Herold mengemukakan teori yang hampir mirip dengan teori planetisimal yang biasa disebut teori pasang surut. Teori ini menyatakan bahwa sejak awal memang sudah ada dua matahari, gaya gravitasi salah satu matahari mengakibatkan materi matahari yang lain sedikit-demisedikit meninggalkan permukaannya, selanjutnya terbentuklah planet-planet.
C. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi dikemukakan oleh GP.Kuiper pada tahun 1950.
Hipotesis ini menyatakan bahwa tata surya pada mulanya berupa bola kabut
raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini
berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke
luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah
cakram mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya
bertambah, akhirnya terbentuklah matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas
dan debu mulai bertarikan, sehingga terbentuk gumpalan.
Gumpalan-gumpalan ini disebut protoplanet yang lambat laun makin dingin
dan padat yang pada akhinya membentuk planet
D. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar dikemukakan oleh Fred
Hoyle pada tahun 1956. Hipotesis ini menyatakan bahwa pada awalnya tata
surya berupa dua bintang yang berukuran hampir sama dan letaknya
berdekatan. Dari kedua bintang tersebut, dengan salah satunya belum
stabil. Pada bintang yang tidak stabil ini suatu saat terjadi reaksi
yang sangat cepat sehingga menghasilkan energi berupa panas, dan
akhirnya bintang tersebut meledak menjadi serpihan-serpihan kecil.
Serpihan-serpihan tersebut terperangkap oleh gaya gravitasi bintang
yang tidak meledak dan mulai bergerak mengelilinginya. Karena adanya
gaya gravitasi serpihan yang letaknya berdekatan bergabung sedikit demi
sedikit dan akhirnya membentuk planet, dan terbentuklah susunan tata
surya.
Pengertian bumi apa ya...?hmmm mw tahu, mari kita pahami pengertian Bumi:
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Setelah memahaminya, inilah proses pembentukan bumi dari beberapa teori:
1.Theory Big bang
Teori ini adalh yang paling terkenal gan.
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Setelah memahaminya, inilah proses pembentukan bumi dari beberapa teori:
1.Theory Big bang
Teori ini adalh yang paling terkenal gan.
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
2. Teori Kabut Kant-Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Ingatkah kamu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
3. Teori Planetesimal
Seabad sesudah teori kabut tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton. Teori ini mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat matahari asal. Pada suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari. Akibat tenaga penarikan matahari asal tadi, terjadilah ledakan-ledakan yang hebat. Gas yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun dan membeku sebagai benda-benda yang padat, dan disebut planetesimal. Planetesimal ini dalam perkembangannya menjadi planet-planet, dan salah satunya adalah planet Bumi kita.
Pada dasarnya, proses-proses teoritis terjadinya planet-planet dan bumi, dimulai daribenda berbentuk gas yang bersuhu sangat panas. Kemudian karena proses waktu dan perputaran (pusingan) cepat, maka terjadi pendinginan yang menyebabkan pemadatan (pada bagian luar). Adapaun tubuh Bumi bagian dalam masih bersuhu tinggi.
4. Teori Pasang Surut Gas
Teori ini dikemukakan leh jeans dan Jeffreys, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekati matahari, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-guung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari tadi dan merentang kea rah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. peranan yang dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan di atas.
5. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya
Kesimpulan
Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:
1. Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata surya.Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.
2. Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
HAKIKAT GEOGRAFI
A. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
B. Ruang Lingkup Geografi.
Studi
geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi
lokasi dan persebaran fenomena di permukaan bumi, serta mencari
interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu.
Rhoad Murphey mengemukakan tiga pokok ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut:
1. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
2. Interaksi manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah
3. Kajian terhadap region dan analisis dari region yang mempunyai ciri khusus
C. Objek studi geografi
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek studi geografi di bagi dua yaitu :
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek studi geografi di bagi dua yaitu :
1. Objek
material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer,
atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Misalnya pola permukiman
desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
2. Objek
formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek
material geografi dari sudut pandang keruangan dalam kontek kewilyahan
dan kelingkungan.
Objek formal meliputi hal-hal sbb:
- pola dari sebaran gejala tertentu di muka bumi (spatial pattern)
- keterkaitan sesame antar gejala (spatial system)
- perkembangan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial processes)
D. Hakikat Geografi.
Studi
geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang
fenomena dan masalah kehidupan manusia. Studi itu disusun berdasarkan
hasil observasi berbagai fenomena di lapangan. Hasil observasi di
lapangan akan membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola
abstrak itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena itu, tanpa
kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena
dan masalah kehidupan yang sebenarnya. Guna menghasilkan konsep fenomena
geografi diperlukan analisis fenomena manusia, fenomena alam, serta
persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan
menjelaskan fenomena tersebut dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan
enam pertanyaan pokok. Yaitu what, where, why, who, dan how ( 5W +1H).
Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan maka pertanyaan yang
diajukkan adalah apa yang terjadi, di mana fenomena itu terjadi, kapan
fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu terjadi, siapa saja yang
sedang mengalami, dan bagaimana usaha untuk mengatasinya.
E. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu :
E. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu :
1. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi monas terletak di Jakarta .
2. Konsep
jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain harga
tanah di desa murah karena jauh dari pusat keramaian kota.
3. Konsep
keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya
(jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir
dengan masyarakat lain.
4. Konsep
pola,yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman
memanjang, memusat atau tersebar. Pemukiman penduduk nelayan memanjang
mengikuti garis pantai.
5. Konsep
morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil tenaga eksogen dan
endogen ( misalnya pulau, pegunungan, daratan, lereng dan lembah.
Setiap permukaan bumi mempunyai manfaat yang berbeda-beda bagi manusia.
Misalnya di daerah pegunungan cocok untuk pertanian sayur-sayuran dan
perkebunan.
6. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri, pertanian,
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat kehidupan sejenis. Oleh karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat kehidupan sejenis. Oleh karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).
7. Konsep
nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari fenomena yang ada di
permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah wisata mempunyai
nilai kegunaan yang berlainan bagi setiap orang, ada orang yang datang
ke daerah wisata hanya sekali bahkan ada yang berulang kali.
8. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi
antar berbagai fenomena geosfer. Misalnya interaksi antara desa dan
kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam memanfaatkan potensi
sumber daya antara di desa dan di kota
9. Konsep
diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak antarwilayah di
permukaan bumi, dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan wilayah
lain atau dikenal dengan istilah region. ( Asia Tenggara, Asia Selatan
Amerika Selatan)
10. Konsep
keterkaitan keruangan, yaitu hubungan persebaran suatu fenomena dengan
fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih
rendah daripada di daerah dataran rendah. Oleh karena itu sayuran, dan pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan.
F. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip
geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan
gejala, variasi, factor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis
prinsip geografi terdiri dari:
1. Prinsip
penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi,baik menyangkut keadaan
alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan bumi. Penyebaran
tersebut tidak merata antara wilayah
satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang satu dengan
yang lainnya. Dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada
peta, kita dapat mengungkapkannya.
2. Prinsip
interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa terdapat
saling berhubungan antara gejala satu dengan gejala lainnya atau antara
factor yang satu dengan factor lainnya dalam suatu ruang tertentu.
3. Prinsip
deskriptif, yaitu prinsip untuk memberikan penjelasan atau gambaran
lebih jauh tentang gejala atau masalah yang dipelajari atau sedang
diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab
interaksi dan integrasi antara factor yang satu dan lainnya. Dalam
kerangka kerja geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan.
4. Prinsip
korologis atau prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini
gejala-gejala, fakta-fakta, dan masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada
ruang tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaan bumi,
baik secara keseluruhan maupun sebagian.
G. Pendekatan Geografi.
Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbal balik antara fenomena dan permasalahannya dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional kompleks.
Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbal balik antara fenomena dan permasalahannya dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional kompleks.
1. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran, letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran, letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
2. Pendekatan kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
3. Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan ekologi.
Disebut
kompleks wilayah tertentu (areal differentiation). Karena suatu
anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang bila terdapat
permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks
wilayah ini, ramalan wilayah (region forecasting) dan perencangan
wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik atau sosial. Region
adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri
khas yang sama), sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.
H. Aspek Geografi
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek social yaitu:
1. Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.
2. Aspek sosial mengkaji manusia dan kehidupannya di muka bumi.
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek social yaitu:
1. Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.
2. Aspek sosial mengkaji manusia dan kehidupannya di muka bumi.
Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial geografi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu udara dingin, tanah subur berada di jalur pegunungan sehingga penduduk memanfaatkan daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata pencaharian kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar